Friday, September 16, 2011

PELAYANAN : KEHARUSAN ATAU SEKEDAR TAMBAHAN ?

PELAYANAN :

KEHARUSAN ATAU SEKEDAR TAMBAHAN ?

Oleh : Hosnu El Wafa

(untuk Majalah LaLongkang Bank Kalsel Agustus 2011)


April 2006, saya sempat merasakan kebanggaan ketika perusahaan tempat saya bekerja, sebuah bank swasta nasional, mendapat penghargaan 1st Banking Service Excellence 2005-2006 dari Marketing Research Indonesia (MRI) dan Majalah InfoBank. Perasaan bangga yang sebenarnya ingin pula saya rasakan bersama rekan-rekan di Bank Kalsel untuk penghargaan yang sama.

Terlepas dari harapan saya pada awal tulisan ini, rasanya terlalu dangkal apabila pelayanan yang kita persembahkan kepada nasabah hanya bertujuan untuk mendapatkan penghargaan berupa award dari suatu lembaga survey. Lebih jauh dari itu, tujuan sebenarnya adalah untuk mendapatkan kepuasan nasabah sehingga tingkat loyalitas nasabah dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya sampai pada tujuan pada umumnya suatu badan usaha. Ya, tujuan dari good quality service sebenarnya tidak terlepas dari tujuan perusahaan itu sendiri, yaitu untuk meningkatkan laba. Tujuan ini pula yang ditanamkan dalam pikiran saya ketika mengikuti kelas “Service Quality” sebagai salah satu subjek dalam Officer Development Program (ODP) salah satu bank swasta nasional yang saya ikuti pada tahun 2005 yang lalu.

Masih segar dalam ingatan saya ketika kami selaku trainee ODP ditugaskan dalam kelompok-kelompok kecil yang berperilaku sebagai nasabah dan mendatangi beberapa cabang bank besar yang relatif tidak terlalu jauh dari tempat pelatihan. Dari hasil pengalaman singkat tersebut, setidaknya kami yakin pada saat itu bahwa bank tempat kami bekerja layak menjadi salah satu yang terbaik, dan hal itu terbukti pada April 2006.

Bagi sebagian bank, khususnya bank swasta yang tidak bisa mendapatkan dana murah dengan mudah, maka kualitas pelayanan yang baik seolah-olah harus menjadi ruh dan urat nadi dalam keseharian aktivitas mereka. Kesempatan untuk mendapatkan dana murah (giro dan tabungan) jauh lebih berarti dibandingkan sekedar mendapatkan suatu penghargaan. Tantangan yang sama walaupun dalam situasi yang agak berbeda seharusnya juga disadari oleh seluruh insan Bank Kalsel. Peningkatan dana murah dari pihak ketiga (diluar dana pemerintah daerah) menjadi taruhan yang sangat berarti dalam peningkatan pelayanan terhadap nasabah.

Kesadaran memberikan pelayanan yang baik merupakan langkah awal yang sebetulnya masih jauh dari kata selesai. Kesepakatan dan kesefahaman mengenai bentuk pelayanan yang berkualitas pun tak kalah pentingnya dari sekedar kesadaran. Perumusan bentuk pelayanan yang berkualitas pada prinsipnya harus berpusat pada kebutuhan dan keinginan Nasabah. Dengan kata lain, dari sisi nasabah cenderung menganggap pemenuhan kebutuhan dan keinginan itu lah yang disebut dengan pelayanan. Bukan hanya perasaan aman dan nyaman, bagi sebagian besar nasabah juga menganggap keandalan, kemudahan dan kecepatan sebagai bagian dari pelayanan.

Pelayanan pada dasarnya juga mencakup seluruh aktivitas distribusi jasa perbankan yang saling terkait dan tidak dapat diabaikan salah satu sisinya. Dapat dibayangkan jika senyum dan sapaan telah diberikan namun karena sistem yang tidak handal sehingga transaksi sering gagal atau makan waktu yang lama, maka keseluruhan pelayanan tersebut tidak lah dapat dikatakan berhasil karena kepuasan nasabah tidak bisa diwujudkan.

Tak cukup hanya memberikan pelayanan yang berkualitas, pelayanan yang diberikan oleh bank yang jawara atau unggul adalah pelayanan yang diberikan melebihi harapan dari nasabah, lazim dikenal dengan beyond expectation service. Ketika nasabah berharap tak lebih dari sekedar transaksinya berhasil, maka bukan hanya penyelesaian transaksi yang diberikan tapi juga senyum dan sapaan hangat serta keandalan sistem.

Memang tak mudah menemukan langkah tepat untuk mewujudkan tujuan kita bersama, namun kata “susah” atau kata “mustahil” hanya akan menjadi rantai gajah yang menghalangi langkah kita atau menjadi kotak korek api yang membatasi gerak kita. Berbekal doa dan usaha terbaik, haram manyarah, Kita Bisa Juara ! ®

Mimpi atau Harapan?

Mimpi atau Harapan?

oleh : Hosnu El Wafa

”Bukanlah suatu asa jika tidak dibarengi dengan usaha, dan tidak ada artinya sebuah cita-cita jika tidak ada langkah menujunya”

Mengambil pelajaran dari sekelumit petuah Imam as-Sakandari tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa satu hal yang membedakan antara bermimpi dan berharap adalah kesadaran. Mimpi ada pada saat tidur atau tak sadar, dan harapan muncul dari diri yang terjaga. Namun harapan tak akan pernah menjadi lebih bermakna dari impian dan angan-angan, jika tidak ada usaha nyata untuk mewujudkannya.

Kesadaran yang membedakan mimpi dan harapan tentu bukan hanya sadar dalam arti terjaga secara fisik, namun lebih dalam dari itu. Kesadaran dapat bermakna mengetahui potensi diri sehingga berusaha untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka mewujudkan harapan. Kesadaran juga bermakna ada niat dan kemauan yang kuat untuk mendapatkan yang diinginkan, sehingga senantiasa mencari jalan untuk mewujudkannya, menetapkan langkah-langkah serta memasang target. Kesadaran ini pula yang menjadikan usaha tidak hanya sebatas dalam pikiran, namun simultan dengan tindakan nyata. Sejalan dengan kalimat motivasi yang pernah dilontarkan oleh Henry Ford, kita tidak bisa sukses kalau hanya memikirkan apa yang akan kita perbuat.

Walau pun bukan penonton setia acara Golden Way - Mario Teguh, dalam suatu kesempatan penulis sempat menangkap kalimat singkat yang beliau ucapkan ”Jika menginginkan sesuatu namun tidak mampu untuk mendapatkannya, maka jangan batasi keinginan tersebut tapi tingkatkan kemampuan”. Agaknya kalimat tersebut mengandung sindiran “silakan berangan-angan, namun jangan berharap akan terwujud, tanpa ada usaha untuk mewujudkannya”. Lebih jauh, kalimat tersebut sesungguhnya membantu menyadarkan kita untuk tidak berhenti pada satu titik harapan sementara masih ada potensi untuk menjadi lebih baik dengan meningkatkan kemampuan diri. Dalam beberapa kasus, kita punya keinginan menjadi yang terbaik, namun sudah merasa cukup dengan menjadi baik, karena untuk menjadi lebih baik kita harus kembali bekerja keras untuk mendapatkannya.

Hal tersebut pernah pula disinggung Direktur Utama Bank BPD Kalsel dalam buletin Lalongkang edisi Maret 2009. Beliau menyampaikan bahwa salah satu penyebab banyaknya perusahaan yang mampu menjadi baik, tetapi sulit menjadi lebih baik, bahkan tidak mampu menjadi yang terbaik, adalah karena telah dengan begitu cepat dan mudahnya menyatakan bahwa perusahaannya sudah baik dan merasa puas dengan apa yang telah diraih.

Harapan bersama : Banknya urang banua

Harapan bersama stakeholder Bank BPD Kalsel adalah menjadikan bank ini sebagai ”Banknya Urang Banua”. Tentu akan banyak ragam pendapat apabila ditanyakan apakah harapan tersebut telah terwujud atau belum.

Bagi pribadi penulis dan selanjutnya juga menjadi harapan bagi penulis, semboyan "Banknya Urang Banua" memiliki arti yang kuat bahwa bank ini adalah bank yang dimiliki, digunakan dan selanjutnya membawa kemanfaatan bagi masyarakat kalsel, serta memiliki faktor keeratan yang lebih kuat dengan masyarakat banua dibandingkan bank-bank lainnya. Salah satu indikasi awalnya adalah BPD menjadi "Top of Mind" dari masyarakat Kalsel, sehingga apabila ditanyakan pertanyaan yang paling mendasar : "Apa bank anda?" kepada setiap masyarakat Kalsel, maka tanpa pikir panjang sebagian besar akan menjawab : "Bank BPD Kalsel !". Berkaitan dengan "Top of Mind" tersebut, maka harus dapat ditimbulkan "rasa memiliki" yang kuat dikalangan masyarakat kalsel terhadap Bank ini. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perasaan subjektif masyarakat kalsel terhadap Bank BPD Kalsel. Sikap loyal nasabah yang dibarengi dengan rasa puas, bangga, nyaman, dan aman akan timbul dari pengalaman interaksi yang terbaik dalam bertransaksi di Bank BPD Kalsel. Jawaban “YA” harus muncul dari pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti “Apakah anda bangga dan nyaman menjadi nasabah bank ini? Apakah anda mendapatkan pelayanan yang memuaskan di bank ini? dan sebagainya, bahkan pertanyaan "Apakah anda mendapatkan senyuman pada saat anda melakukan transaksi?" menjadi pertanyaan yang sangat penting.

"Rasa memiliki" tentu akan menimbulkan keinginan untuk menggunakannya. Ibarat jika beraktivitas menggunakan alat, tentu akan lebih enak menggunakan alat punya sendiri daripada alat pinjaman. Dengan kata lain, Bank BPD Kalsel harus menjadi bank utama yang dipakai oleh masyarakat Kalimantan selatan dalam menjalankan segala aktivitas perbankannya. Bank BPD Kalsel harus terus berusaha untuk menyediakan layanan-layanan berdasarkan "customer centric", yaitu penyediaan layanan-layanan perbankan didasarkan pada kebutuhan perbankan yang dibutuhkan oleh masyarakat kalsel.

Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan mendasar di atas dapat berkembang lebih jauh, misalnya Di bank mana anda menyimpan sebagian besar uang anda? Di bank mana anda melakukan pembayaran-pembayaran rutin anda? Di bank mana anda meminta pembiayaan perumahan atau kendaraan anda? dan sebagainya, maka atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, jawabannya harus tetap sama "Bank BPD kalsel !".

Tentu pertanyaan-pertanyaan di atas hanya bersifat imajiner, tidak perlu ditanyakan langsung ke nasabah, namun harus ditanyakan oleh insan Bank BPD Kalsel kepada dirinya masing-masing. Karena pada dasarnya nasabah terdekat dengan Bank BPD Kalsel adalah kita sendiri. Sudahkah bank ini menjadi Banknya Urang Banua???

Apa pun jawaban dari pertanyaan di atas, tentunya bukan menjadi titik perhentian untuk meneruskan transformasi menjadi lebih baik. Kendala dan halangan berat pasti akan dihadapi. Bukankah layang-layang terbang tinggi dengan menentang angin, dan pelangi tercipta setelah kita menghadapi hujan. Kalau pun telah mencoba dan gagal, maka ada satu langkah maju yang telah dilakukan, yaitu semakin menyadari bahwa ada yang harus diperbaiki dan harus dilakukan, agar kita benar-benar pantas untuk berhasil.

Wednesday, May 17, 2006


Keabadian tak bersemayam dalam waktu yang bertuan.... mengapa dicari dalam diri yang terikat waktu... memahami lewat akal yang terikat waktu... melihat dengan mata terikat waktu... hanya nurani yang menapak sepanjang jaman

Thursday, March 10, 2005

Memulai Langkah Baru...

Tak ada yang tidak istimewa dengan langkah baru, setidaknya itu yang kutanamkan di diriku sejak bangun tidur...
Langkah baru mengandung harap, dan membuat hari yang kita jalani mempunyai tujuan... bayangkan jika kita selalu tahu apa yang akan kita lakukan hari ini, maka kita akan selalu tahu apa yang kita tuju dalam hidup...
Dengan langkah baru, tiada hari yang tidak menjadi istimewa..............

Thursday, March 03, 2005

Cerita Lalu

Jalan waktu membawa diri dalam cinta,
berbuah rasa dan keberanian tuk berharap,
ada hasrat terungkap,
ada tanya menanti jawab

Waktu kembali menguji diri,
dalam penantian sebuah jawaban,
asa sempat terhenti ragu,
namun harap kembali tuk menunggu

Penantian berbalas...
dalam sebuah ungkap tanpa kata,
sebuah nyanyian tanpa nada,
ada bisik tuk hati yang masih meragu,
Hingga niat tak lagi pupus,
dan keberanian mehapus ego,
hati berharap dapat bersama

Jalan waktu membawa jiwa dalam cinta,
ketika hati yang memilih telah berwarna,
dihiasi embun kelopak bunga,
dalam cahaya warna pelangi jiwa

Bersama, kau & aku pernah meragu,
ketika langkah berbuah tanya,
kemana jalan panjang dituju,
dimana akhir tempat kita




Tenggelam dalam samudera penuh rindu,
sejuta harap...sejuta ingin...
berbaur dalam perjalanan seribu malam,
samudera tidak lah selalu tenang...
apa yang menanti? bukan alasan tuk kembali
tak ada kata mewakili esok yang pasti
hanya rahasia Illahi ...


Layaknya jiwa di genggaman Yang Kuasa...
Rahasia esok tak terkuak tanpa izin-Nya...
Langkah ragu bukanlah senjata, hanya rintihan belaka
Segala Ingin dan harap semoga berwujud doa...
Dan keyakinan menjadi usaha dalam perjalanan
Semoga langkah kita diridhoi-Nya.....

Sebuah do’a, berbekal rasa percaya
(hosnu el wafa, Januari 2005)

Bukan Pejuang bukan Pecundang

Teman
Aku bukan pejuang cinta
bukan pula pecundang
Kasih dalam cinta yang lama kudekap
Kasih itu beranjak pergi
Tanpa air mata, tanpa penyesalan
Hanya meninggalkan sebuah harapan
Harapan Kebahagiaan tuk semua, untuk kau, aku, kita&mereka
Selamat Jalan Kenangan...Dan sisakan untukku sebuah pelajaran
05.02.2005,06'35

Saturday, January 22, 2005

bunga impian yang gugur...

Kemana semua mimpi hilang,
ketika harapan indah berganti bayangan kelabu...

Kenapa Cinta memudar,
ketika kau kehilangan bayangku,
pada jalan yang tak satu...

Ku berharap ada lagi Cinta,
untukku... dan untukmu,
tapi ku tak kuasa meminta...kalau cinta itu tak lagi ada,
simpanlah cinta untuk dirimu

Tuesday, December 14, 2004

tentang kita.........

Tak ada kata yang perlu diungkap, pabila hatiku telah bicara, di saat hatimu telah merasa.

Tak ada tanya yang perlu dijawab, pabila hatiku dan hatimu telah memilih.

Tak ada langkah yang perlu diragu, pabila hatiku dan hatimu telah bersatu.

Thursday, October 14, 2004

MUARA MIMPI

berjuta mimpi tentang harapan
kembali membawaku ke jalan berliku
kutapaki dengan was-was & harap
siapa pelindungku?
siapa penjaminku?
ada kerinduan tuk kembali ke awal
tapi langkahku sudah menuju ke muara
entah muara mana?
entah apa yg menanti?